Di masyarakat jawa orangnya terkenal akan tata krama atau sopan santun,
karena inilah orang jawa identik dengan omongan halus dalam tutur
bicaranya. Biasanya apabila orang jawa mempunyai maksud sesuatu,
bicaranya tidak akan di utarakan secara langsung, seperti ketika seorang
anak meminta di belikan motor buat sekolah, si anak akan bercerita
bahwa satiap hari harus kepanasan, kehujanan, datang dan pulang telat,
teman-temannya semua sudah punya motor pada akhir ceritanya dia akan
mengutarakan maksudnya bahwa dia ingin dibelikan sebuah motor. kadang
kala hanya mengarah dan menyinggung soal motor , tetapi tidak
disebutkan maksud secara langsung (maksud meminta dibelikan motor).
Begitulah gaya bicara orang jawa yang harus berputar-putar dahulu
sebelum menyampaikan maksudnya, berbeda dengan orang batak yang gaya
bicaranya keras lantang, orang batak bicara begitu karena dia ingin
memperjelas maksudnya dengan to the point sehingga tidak di salah
artikan maksud sesungguhnya.
Masyarakat jawa tidak akan pernah
lepas dengan dongeng dan kepercayaan yang selalu diceritakan secara
turun temurun.setiap dongeng dan kepercaan mengandung pesan akan sebuah
makna hidup dan tenggang rasa sesama. Suatu contoh kepercayaan yang
sangat kita kenal yaitu “ojo linggui bantal” (jangan menduduki bantal),
kepercayaan disini adalah jika duduk di atas bantal maka pantatmu akan
udunen/bisulan, secara ilmiah ini akan sulit dibuktikan kebenaran jika
menduduki bantal akan bisulen tapi secara logika pesan dalam kepercayaan
ini adalah bantal tempatnya di kepala bukan di pantat, dan jika
seseorang menduduki bantal tiba-tiba buang gas setelah itu bantal itu
buat kita tidur tentu menimbulakan ketidak sopanan.
Ada
kepercayaan lagi bagi para lajang yang belum menikah baik laki-laki atau
perempuan yaitu “jangan makan sayap ayam,karena akan ditolak ketika
kamu melamar atau menembak cewek” hehehe di keluargaku seperti ini
kepercayaannya sehingga jika aku tidak pernah makan sayap ayam kecuali
kalau terpaksa ketika penjual makanan hanya punya lauk sayap ayam hehe.
mari kita analisis secara logika, sayap ayam daging yang empuk enak
gurih dan tulang yang lunak sangat enak kan, lalu kenapa dilarang?
Itu
karena itu adalah jatah untuk nenek kakek kita, kita yang muda dengan
gigi yang kuat akan mampu melahap apa saja sementara kakek dan nenek
kita gigi yang sudah mulai rapuh akan lebih baik mengunyah yang mudah
dikunyah. Untuk analisa yang terakhir karena untuk melarang secara
langsung bukanlah bijaksana oleh sebab itu larangan itu dikaitkan pada
sebuah kepercayaan
Sangat banyak sekali kepercayaan masyarakat
jawa dan mungkin seperti undang-undang yang tidak terlihat dan secara
tidak langsung membentuk pribadi santun. dari sekian banyak kepercayaan
apakah semuanya tidak bisa dibuktikan secara ilmih?
Ada, ada yang
dapat di buktikan secara ilmia yaitu kepercayaan bahwa jika wanita
memelihara kucing akan membuat wanita itu tidak mempunyai anak, walau
sebenarnya bukan karena kucing wanita itu tidak punya anak tetapi karena
virus toxoplama yang dibawa kucing.
Selain itu kepercayaan yang
memberikan interaksi yang baik antara sesama adalah cara seseorang
mempersilahkan tamu untuk duduk di kursi dengan menunjuk menggunakan
jempol, bagaimana jika tamu itu disuruh duduk di kursi dengan menunjuk
menggunakan jari telunjuk, ke angkuhanlah yang terlihat. sebenarnya
kepercayaan ini waktu aku kecil dilarang menunjuk ke kuburan karena akan
boroken jariku dan jika sudah terlanjur lupa telah menunjuk maka harus
mengemut jare sebanyak 3 kali. hehe
Budaya timur adalah budaya
bangsa yang harus tetap kita jaga kelestariannya walaupun secara modern
kita rasa sudah tidak penting namun ini adalah harta yang diwariskan dan
wajib untuk kita dijaga.
http://kaweruhtatakrama.blogspot.com/2013/01/tata-krama-lewat-percakapan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar